Polemik terkait kembalinya Edgar Lungu, mantan Presiden Zambia, ke panggung politik negara ini mengundang perdebatan sengit di kalangan masyarakat, politisi, dan pengamat internasional. Lungu yang menjabat sebagai Presiden Zambia dari 2015 hingga 2021, baru-baru ini menyatakan niatnya untuk kembali terlibat dalam politik, baik sebagai kandidat presiden ataupun melalui peran penting lainnya di partai yang dipimpinnya, Patriotic Front (PF). Tindakan ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah kembalinya Lungu adalah harapan baru bagi Zambia atau justru ancaman bagi demokrasi yang telah lama berjuang untuk stabilitas dan kemajuan?
Latar Belakang Kembalinya Lungu
Edgar Lungu memimpin Zambia selama dua periode, dengan masa jabatan pertamanya dimulai pada 2015 setelah memenangkan pemilihan presiden menyusul kematian mendadak Presiden Michael Sata. Pada 2016, Lungu terpilih kembali dalam pemilihan yang kontroversial, yang dituduh banyak pihak penuh dengan kecurangan. Selama masa pemerintahannya, Lungu dihadapkan dengan berbagai tantangan, termasuk ketegangan politik, kemerosotan ekonomi, serta kritik terkait kebijakan dan pelanggaran hak asasi manusia. Di akhir masa jabatan keduanya, Lungu menghadapi kekalahan dalam pemilu 2021 oleh Hakainde Hichilema, yang mengakhiri dominasi PF di Zambia setelah lebih dari dua dekade.
Kini, dengan pernyataan Lungu untuk kembali berpolitik, baik sebagai calon presiden ataupun melalui kekuatan politik PF, muncul pertanyaan apakah ia memiliki legitimasi moral dan politik untuk kembali memimpin negara yang telah berusaha bergerak maju menuju demokrasi yang lebih kuat.
Harapan atau Ancaman?
Pihak-pihak yang mendukung kembalinya Lungu berpendapat bahwa mantan presiden ini memiliki pengalaman dan pemahaman yang dalam tentang masalah-masalah ekonomi dan politik Zambia. Mereka percaya bahwa Lungu adalah sosok yang mampu membawa perubahan dalam situasi ekonomi yang sulit, dengan banyaknya utang dan stagnasi pembangunan yang terjadi sejak akhir kepemimpinannya. Dengan kebijakan yang lebih pro-bisnis dan pengalaman dalam mengelola negara, mereka yakin Lungu dapat mengembalikan Zambia ke jalur pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil. https://www.edgar-lungu.com/
Namun, kritik terhadap rencana kembalinya Lungu jauh lebih keras. Sebagian kalangan memandangnya sebagai ancaman terhadap kemajuan demokrasi yang telah dicapai di Zambia, meskipun dalam bentuk yang masih rapuh. Selama masa pemerintahannya, Lungu sering dikritik karena tindakan otoriter yang diduga mencaplok ruang kebebasan pers dan oposisi. Kasus penahanan jurnalis, pembatasan demonstrasi, dan kekerasan terhadap aktivis politik menjadi catatan buruk dalam sejarah pemerintahan Lungu. Oleh karena itu, banyak yang khawatir bahwa kembalinya Lungu bisa berarti kembalinya rezim otoriter yang lebih mengutamakan kekuasaan pribadi daripada demokrasi yang sehat.
Tantangan Demokrasi di Zambia
Kembalinya Lungu juga memunculkan pertanyaan mengenai kondisi demokrasi di Zambia secara keseluruhan. Meskipun Zambia dikenal sebagai negara yang relatif stabil di Afrika dengan tradisi demokrasi yang cukup lama, namun praktik politik di negara ini masih sering diliputi ketidaksetaraan dan ketidakadilan. Pemilu yang sering dianggap curang, ketegangan antar partai politik, serta ketidakmampuan untuk menegakkan supremasi hukum menjadi tantangan besar bagi demokrasi Zambia. Jika Lungu kembali berkuasa, banyak yang khawatir bahwa ini bisa merusak kemajuan yang telah dicapai oleh pemerintahan Hichilema yang lebih demokratis dan berusaha membuka ruang kebebasan yang lebih luas.
Apakah Kembalinya Lungu Tidak Dapat Dihindari?
Meskipun berbagai pihak menentang, tidak bisa dipungkiri bahwa kembalinya Edgar Lungu adalah bagian dari dinamika politik yang lebih besar di Zambia. Sebagai tokoh utama dalam PF, Lungu memiliki pengaruh yang besar, dan keputusannya untuk kembali dapat mempengaruhi arah politik negara ini. Masyarakat Zambia harus dihadapkan pada dilema: apakah mereka menginginkan perubahan dengan memberi kesempatan pada kepemimpinan baru, atau apakah mereka lebih memilih stabilitas yang ditawarkan oleh figur yang sudah terbukti meski dengan catatan kontroversial.
Kesimpulan
Polemik terkait kembalinya Lungu, baik sebagai kandidat presiden atau sebagai tokoh kunci dalam politik Zambia, mencerminkan dilema besar dalam perjalanan demokrasi di negara ini. Meskipun ada pendapat yang optimistis tentang kemampuan Lungu untuk memimpin, banyak juga yang khawatir bahwa kembalinya Lungu dapat menandakan kemunduran bagi demokrasi dan kebebasan di Zambia. Akhirnya, pilihan tentang masa depan politik Zambia akan sangat bergantung pada kemampuan rakyat Zambia untuk mengevaluasi kembali janji-janji demokrasi dan pembangunan dengan hati-hati, tanpa terjebak pada nostalgia atau kekhawatiran yang berlebihan. Kembalinya Lungu bisa jadi harapan jika ia benar-benar berubah dan berkomitmen pada reformasi, namun bisa menjadi ancaman jika ia kembali membawa praktik-praktik lama yang membatasi kebebasan dan memperburuk ketimpangan sosial.